Kota Ambon terletak di pantai Teluk
Ambon dengan typografi pebukitan. Meskipun kota ini tidak begitu luas, namun
memang “manise” (indah), apalagi bila dilihat daripebukitan
ke arah Teluk Ambon. Teluk inilah menjanjikan kekayaan laut (ikan dan mutiara)
sebagai sumber utama penghidupan masyakarat di sini, disamping kekayaaan hutan
seperti cengkeh, pala, sagu, kayu manis, dan lain2 yang menjadi komoditi
perdagangan utama sejak beberapa abad yang lalu.
Sebagai warga ibu kota propinsi
Maluku, masyarakat di kota Ambon sangat heterogen, baik dari segi etnisitas
maupun agama, bahkan konon heterogenitas inilah yang menjadi sentimen yang
mudah 'meletupkan' konflik-horizontal seperti yang
terjadi pada tahun 1999. Jumlah umat muslim di kota ini lebih kecil bila
dibanding umat Kristiani, akan tetapi simbol keislaman terlihat sebagai icon
kota yg kelihatan sangat menonjol, seperti hadirnya Masjid Jami’ kuno An-Nur
berdampingan dg Masjid Raya baru "Al-Fatah" yang terdapat di pusat
kota, begitu juga berkumandangnya ayat suci al-Quran, tarhim dan adzan setiap
waktu shalat yang menggema dari mesjid2 ke seluruh kota dengan sangat lantang,
menjadi indikasi betapa sesungguhnya toleransi beragama di sini terbilang cukup
baik. Yang menarik di kota yang heterogen ini ialah keramah tamahan warga yang
cukup tinggi serta kohesifitas sosial yang kuat namun rentan ‘dipecah’ dengan
provokasi, Karakter seperti inilah yang menjadikan masyakarat di sini lebih
mudah disulut oleh pihak2 yang tidak menginginkan kedamaian untuk kepentingan2
tertentu...... ©Irhash FB 17 Juni 2012
Posting Komentar